Motivasi harian
Jika ingin mengubah mimpi menjadi nyata, mengganti kebiasaan jelek menjadi baik, atau membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk menentukan fokus sasaran, sekaligus membangun kebiasaan-kebiasaan positif secara ketat, keras dan berkesinambungan.
Ada sebuah cerita yang menginspirasi kita semua berhubungan dengan motivasi di atas.
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja memerintah dengan bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Raja mempunyai seorang putra berwajah tampan dan cerdas, tetapi sayang tubuhnya agak bungkuk. Akibatnya, pangeran menjadi pendiam, minder, dan tidak percaya diri. Keadaan ini membuat Raja risau dan sedih karena bila kelak tiba saatnya sang pangeran harus naik tahta, dia pasti tidak dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.
Para penasihat raja yang setia sangat memahami kegundahan hati junjungannya. Maka setelah berembuk berulangkali, diam-diam para penasihat memesan sebuah patung kepada pemahat istana yang akan dihadiahkan kepada sang pangeran kelak di hari ulang tahunnya.
Saat tiba hari itu, hadiah diberikan kepada sang pangeran. Di dekat hadiah itu, ada tulisan: "Untuk calon pemimpin kami, atas nama seluruh rakyat yang mencintai pangeran."
Kemudian kain penutup dibuka dan tampak sungguh menakjubkan, sebuah patung berwajah tampan sang pangeran dengan tubuh tegak dan tegap, penuh wibawa. Dan ukuran patung itu pun persis dengan postur tubuhnya.
Pangeran senang sekali menerima hadiah itu. Ia meletakkannya di taman belakang istana kerajaan. Setiap kali melihat patung dirinya, sang pangeran dalam hati pangeran berkata, "Patung pemberian ini tentu melambangkan keinginan rakyatku, untuk memiliki raja bertubuh normal dan tegap. Sudah tentu aku ingin menjadi seperti yang diharapkan oleh mereka!"
Menyadari akan hal itu, setiap hari pangeran dengan semangat berjalan mengelilingi taman dengan patung yang berdiri tegak sebagai fokusnya, berlatih dengan meniru berdiri tegap dan berjalan tegak. Kebiasaan berlatih seperti itu dijalani secara konsisten, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan
Tidak terasa, tahun pun telah berganti. Latihan terus-menerus yang dilakukan sang pangeran ahkirnya membuahkan hasil yang menakjubkan. Dengan wajah yang sama tampannya, tubuhnya setegap dan setegak patung yang berdiri di taman itu.
Raja sangat gembira dengan perubahan ini. Sang pangeran seolah-olah lahir menjadi manusia baru. Wajahnya berseri-seri, sedangkan tubuhnya tegap, penuh percaya diri, dan siap mengemban tanggung jawab sebagai raja yang baru.
Netter yang bijaksana,
Dari cerita tersebut, saya menyimpulkan betapa kekuatan dari kebiasaan yang terlatih dan fokus pada tujuan, ternyata mampu mengubah apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang tidak bisa menjadi bisa.
Sama halnya di dalam kehidupan kita. Jika ingin mengubah sebuah mimpi menjadi nyata, mengganti kebiasaan jelek menjadi baik, membuat harapan menjadi wujud nyata, membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk menentukan fokus sasaran, dan sekaligus membangun kebiasaan-kebiasaan positif secara ketat, keras dan berkesinambungan.
Dengan kekuatan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif, terlatih dan konstruktif, saya yakin, kita semua bisa mencapai puncak kesuksesan yang gemilang.
Salam sukses, LUAR BIASA!
Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Jadi Bukit.
Pepatah ini sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi
bukit." Kita biasa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen
demi sesen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi. Namun
sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat,
atau ketekunan menabung.
Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar
sekantung keping uang, yaitu: bila kita mampu mengumpulkan kebaikan
dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran
dalam jiwa kita.
Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa
sang pemiliknya? Yaitu, bila disertai dengan secercah kasih sayang di
dalamnya. Ucapan terima kasih, sesungging senyum, sapaan ramah,
atau pelukan bersahabat, adalah tindakan yang mungkin sepele saja.
Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit
tabungan anda
***********************************************************
Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia.
Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan
tindakan anda pun jadi kerdil.
Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda
pun melakukan hal-hal penting dan berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara
dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah
mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar
kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan
kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita.Padahal dunia tak butuh
penilaian apa-apa dari kita. la hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat,
la menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi
dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Maka. bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap
diri sendiri. Melampaui di atas itu. kita perlu jujur melihat diri sendiri apa
adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini
tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.
***********************************************************
tindakan anda pun jadi kerdil.
Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda
pun melakukan hal-hal penting dan berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara
dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah
mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar
kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan
kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita.Padahal dunia tak butuh
penilaian apa-apa dari kita. la hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat,
la menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi
dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Maka. bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap
diri sendiri. Melampaui di atas itu. kita perlu jujur melihat diri sendiri apa
adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini
tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.
***********************************************************
Bersyukurlah Pada Apa Saja.
Anda wajib mensyukuri apa pun yang menimpa anda. Ini bukan masalah
keberuntungan. Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa
menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan
bahwa anda tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap anda jauh lebih
realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atas kesalahan.
Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias.
Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikapbersyukur. Semakin
banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima.Semakin banyak
anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri
anda. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu
mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu
mensyukurinya. Karena, anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu
dan berkeluh kesah.Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha
anda lakukan karena anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukurlah
sisi positif itu tampak di pandangan anda.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
keberuntungan. Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa
menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan
bahwa anda tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap anda jauh lebih
realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atas kesalahan.
Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias.
Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikapbersyukur. Semakin
banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima.Semakin banyak
anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri
anda. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu
mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu
mensyukurinya. Karena, anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu
dan berkeluh kesah.Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha
anda lakukan karena anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukurlah
sisi positif itu tampak di pandangan anda.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Malaikat Pelindung.
Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia
bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi.
Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti
yang akan melindungiku disana?".
Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih
seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu."
Si kecil bertanya lagi, 'Tapi. disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa,
kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia.
Tuhanpun menjawab, 'Tak apa. malaikatmu itu, akan selalu
menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum
setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua
pasti akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi,
"Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa
yang mereka pakai?
Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu. akan membisikkanmu kata-kata
yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu. dan dengan
kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia."
Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu,
ya Tuhan?"
Tuhanpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia
akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk
berdoa." Lagi-lagi, si kecil menyelidik. "Namun, aku mendengar, disana,
ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?
Tuhanpun menjawab. 'Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu,
walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan
kepentinganya sendiri untuk keselamatanmu." Namun, si kecil kini malah
sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.
Tuhan menjawab lagi, "Malaikatmu, akan selalu mengajarkamu
keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh
dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu
mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu."
Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara
panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi
sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku...."
Tuhanpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak begitu penting.
Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi.
Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti
yang akan melindungiku disana?".
Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih
seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu."
Si kecil bertanya lagi, 'Tapi. disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa,
kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia.
Tuhanpun menjawab, 'Tak apa. malaikatmu itu, akan selalu
menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum
setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua
pasti akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi,
"Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa
yang mereka pakai?
Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu. akan membisikkanmu kata-kata
yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu. dan dengan
kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia."
Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu,
ya Tuhan?"
Tuhanpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia
akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk
berdoa." Lagi-lagi, si kecil menyelidik. "Namun, aku mendengar, disana,
ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?
Tuhanpun menjawab. 'Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu,
walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan
kepentinganya sendiri untuk keselamatanmu." Namun, si kecil kini malah
sedih, "Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.
Tuhan menjawab lagi, "Malaikatmu, akan selalu mengajarkamu
keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh
dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu
mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu."
Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara
panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Tuhan, aku akan pergi
sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku...."
Tuhanpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak begitu penting.
Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Garam dan Telaga
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi. datanglah
seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.
Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama, la lalu
mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil
segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya
perlahan. "Coba. minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak
tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu. sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum, la. lalu mengajak tamunya ini, untuk
berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua
orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi
telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga
itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan
tercipta riak air. mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari
telaga ini, dan minumlah.Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua
berkata lagi. "Bagaimana rasanya?".
"Segar", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air
itu?", tanya Pak Tua lagi. 'Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak. Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. la lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak
muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam
garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama,
dan memang akan tetap sama.
'Tapi. kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah
yang kita miliki. Kepahitan itu. akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi,
saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada
satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima
semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas,
buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan
merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan
Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam",
untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa
keresahan jiwa.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.
Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama, la lalu
mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil
segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya
perlahan. "Coba. minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak
tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu. sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum, la. lalu mengajak tamunya ini, untuk
berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua
orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi
telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga
itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan
tercipta riak air. mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari
telaga ini, dan minumlah.Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua
berkata lagi. "Bagaimana rasanya?".
"Segar", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air
itu?", tanya Pak Tua lagi. 'Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak. Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. la lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak
muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam
garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama,
dan memang akan tetap sama.
'Tapi. kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah
yang kita miliki. Kepahitan itu. akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi,
saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada
satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima
semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas,
buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan
merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan
Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam",
untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa
keresahan jiwa.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja.
Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela
pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera
saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu
sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka
menu dan rasa bukan soal. yang terpenting adalah harganya yang luar
biasa murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga
sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab,
"Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun." Tapi bukankah ia bisa
menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh. "Lalu bagaimana kuli-kuli
itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?"
katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas
truk pengantar mereka ke tempat kerja.
Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah
kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya,
sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan
hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak
runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak
keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah
demikian tugas kita dalam kerja: menghadirkan secercah kesejahteraan
bagi sesama.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera
saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu
sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka
menu dan rasa bukan soal. yang terpenting adalah harganya yang luar
biasa murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga
sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab,
"Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun." Tapi bukankah ia bisa
menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh. "Lalu bagaimana kuli-kuli
itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?"
katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas
truk pengantar mereka ke tempat kerja.
Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah
kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya,
sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan
hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak
runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak
keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah
demikian tugas kita dalam kerja: menghadirkan secercah kesejahteraan
bagi sesama.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
0 komentar "MOTIVASI Harian", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar